SAKIT ANTARA UJIAN DAN NIKMAT
Setelah sebelumnya membahas tentang rumah sakit, sekarang penulis membahas tentang sakit dan sehat. Keduanya adalah dua hal yang melekat dalam diri manusia. Selama manusia masih di dunia maka sehat dan sakit adalah menjadi konskwensi hidup sekaligus sebagai bukti lemahnya makhluk yang bernama manusia dihadapan Allah yang memberi sehat dan sakit.
Jika ingin menikmati salah satunya saja secara abadi maka bersiaplah menunggu kelak di akherat. Sehat hakiki hanya untuk orang yang mendapatkan fasilitas surga nanti karena investasi amal shaleh dan kebaikannya selama hidup di dunia. Sakit yang abadi karena mendapat siksaan terus menerus adalah untuk orang-orang yang di dunia mengkapling neraka dengan pebuatan-perbuatan maksiat dan dosa-dosanya.
Sehat dan sakit datang silih berganti manusia di dunia adalah untuk menguji kesabaran dan kesyukuran manusia dalam menghadapinya. Namun manusia cenderung menyadari hanya sakit saja yang dianggap ujian sementara sehat dianggap sebagai kenikmatan. Padahal bagi orang yang sudah memahami hakekat hidup, sehat dan sakit bisa dirasanya keduanya sebagai nikmat dan juga dirasakan sebagai ujian.
Saat sehat dianggap nikmat maka harus mengantar diri ini menjadi hamba yang bersyukur kepada sang pemberi nikmat yaitu Allah. Sehat menjadi modal untuk beribadah dan fasilitas untuk beramal shaleh. Sehat juga bisa dirasakan sebagai ujian, karena banyak orang yang diberi kesehatan malah menjadikan dirinya menjadi sombong dan menjauh dari Allah bahkan secara tidak sadar menjadi kufur dan kafir sebagaimana Fir'aun yang mengaku dirinya Allah.
Hari ini mungkin tidak ada yang mengaku sebagai tuhan, tapi kemungkinan ada Fir'aun-Fir'aun kecil karena merasa sehat karena usahanya melalui olah raganya, makanan dan pola makannya, suplemen dan dokter pribadinya, istirahatnya yang teratur. Orang-orang yang menamakan dirinya modern cenderung melupakan peran Allah dalam kesehatan yang dimilikinya. Mereka lebih mengagumi ilmu kesehatannya, alat oleh raganya dan usahanya untuk menjadi sehat.
Kemudian sakit juga bisa dianggap nikmat karena mengantar dirinya lebih dekat dengan Allah dengan sering bermunajat doa. Saat sakit inilah, sebuah moment untuk merasakan kedekatan kepada Allah, sebagaimana Nabi Ayyub yang sangat menikmati sakitnya selama bertahun-tahun dan menambah ketaqwaannya. Saat sakit dianggap ujian maka ada intropeksi untuk muhasabah atau evaluasi diri dengan dosa-dosa atau kesalahan yang mungkin pernah dilakukan.
Ustadz Danu dengan kajian bengkel qolbunya, senantiasa memberikan terapi kesembuhan semua penyakit bermula dari pengakuanya pasien terhadap kesalahannya. Kesalahan yang terkait dengan hubungannya kepada manusia yaitu kepada orang-orang dekatnya, seperti ibu, bapak, mertua, istri, suami, anak, pembantu atau tetangganya. Mungkin pernah bersitegang, tidak harmonis, jengkel, suka marah-marah, menyimpan dendam dan kurang ikhlas dalam bersikap. Kesalahan juga yang terkait dengan Allah yaitu ibadah yang belum istiqomah, pernah berbuat syirik dengan menyimpan benda-benda tertentu atau merutinkan membaca bacaaan tertentu tanpa tujuan untuk Allah.
Oleh sebab itu, sakit adalah bentuk kasih sayang Allah dengan kesadaran bahwa sakit adalah sarana untuk menghapus dosa yang pernah kita kerjakan. Sakit juga sebagai bentuk pemaksaan Allah kepada manusia agar bisa ingat, berdzikir, berdoa kepada-Nya. Sebab kebanyakan manusia saat lapang dan sehat tidak ingat kepada Allah, jika Allah memberi sakit artinya Allah masih memberi kesempatan kepada manusia untuk mengingat-Nya. Secara manusiawi, para ulama sudah mengingatkan untuk menggunakan waktu sebaik mungkin, lapang sebelum sempit, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin dan saat hidup sebelum mati.
Sehingga sehat dan sakit bagi orang beriman sebenarnya sama saja. Semuanya harus mengantarkan dirinya untuk bisa mendekat kepada Allah dengan bersyukur dan bersabar. Karena sehat dan sakit adalah pemberian dari Allah dan ketika dicabut maka hanya Allah yang Maha Kuasa. Maka benar kata Rasulullah dalam hadistnya, sungguh menakjubkan dalam pribadi orang beriman, ketika mengalami musibah maka dia bersabar dan ketika mendapatkan nikmat maka dia menjadi orang yang bersyukur.

 




Baca juga yang ini :

- FENOMENA RUMAH SAKIT
- RAPAT ATAU MUSYAWARAH
- RUMAH IDAMAN
- MEMBANGUN SISTEM
- SURAT KOMITMEN STIS HIDAYATULLAH


Komentar

Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]