KATA SALUT BUAT PAK POS
Sejak masa sekolah menengah, penulis sudah sering berhubungan dengan pak pos, baik saat di sekolah, di rumah ataupun di kantor pos. Sehingga sempat terbesit dalam hati untuk suatu saat nanti bisa bekerja menjadi pegawai kantor pos karena kagum jasanya, kesantunannya dan suasana kerjanya. Kedatangannya sangat ditunggu dengan riang dengan harapan untuk mendapatkan kabar gembira dari sanak saudara. Namun perjalanan waktu, Allah mentaqdirkan penulis menjadi dosen karena mungkin kecenderungan kondisi yang menjadikan dosen.
Setelah sekian lama tidak berhubungan dengan pak pos, penulis terantar untuk melangkahkan kaki ke kantor pos guna menyelesaikan sertifikasi. Awalnya sempat terpikir, mengapa harus ke kantor pos? Tidak ke salah satu bank. Pikiran ini muncul karena mungkin terlalu jauh tempat tinggal penulis dengan kantor pos. Kedua, ada pertanyaan tentang apa hubungan antara sertifikasi dan kantor pos?.
Kemudian tanpa harus menunggu mendapatkan jawaban pertanyaan di atas, penulis tetap harus ke kantor pos. Ternyata setelah dua kali ke kantor pos, maka ada jawaban bahwa Allah telah mengembalikan memori penulis saat masih sekolah berhubungan dengan pak pos. Selanjutnya Allah menunjukan bahwa masih ada harapan Indonesia ini bisa lebih baik melalui pak pos ini.
Harapan ini terkait dengan penyakit yang mengurita negeri ini yaitu korupsi, kolusi dan nepotisme. Pengalaman penulis, setiap berhubungan dengan beberapa instansi yang terkait dengan keuangan maka tidak lepas dengan namanya sunat-menyunat dana dengan dipoles istilah yang bermacam-macam seperti, uang terima kasih, ampo atau uang pulsa. Ini sudah menjadi budaya dan sulit sekali untuk menghindar. Jika memaksakan tidak memberi sesuatu maka pasti ada kesulitan di waktu lain dengan berbagai alasan atau ada kesan kita dianggap tidak tanggap atau tidak punya perasaan.
Budaya ini untuk memberi tanda terima kasih, secara tidak sadar juga masuk dalam alam sadar penulis untuk memberi ke pak pos saat mencairkan dana sertifikasi. Bukan bermaksud untuk menyuap atau kolusi tapi murni berterima kasih. Ternyata responnya menolak dengan tegas tapi santun, penulis mengira ini hanya basa-basi pak pos. Penulis berusaha memaksa untuk memberi tapi pak pos juga semakin menolak dengan senyum. Apakah, mereka malu dan tidak enak dengan teman-temannya atau kurang banyak pemberiannya? Kemudian penulis berusaha bertanya dengan teman-teman yang juga mengurus pencairan dana bea siswa atau sertifikasi, apakah mereka memberi tanda terima kasih? ternyata mereka juga berusaha memberi tapi tidak diterima.
Kesalutan kedua, penulis mengira bahwa kantor pos itu akan gulung tikar karena perkembangan tehnologi informasi yang semakin canggih. Surat menyurat sudah tergantikan dengan hand phone dan internet. Kiriman wesel juga sudah terganti dengan sistem ATM yang sudah on line. Namun, ternyata sampai saat ini masih eksis dengan berbagai perubahan layanan dan kinerja yang semakin profesional dan humanis.


Baca juga yang ini :

- TIPE MANUSIA
- INI PENGKADERAN BUNG!
- ujian
- KELELAHAN INTELEKTUAL
- DUA PEKAN LAGI


Komentar

Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]