SATU PENA, SERIBU PELURU
Ada pesan motivasi dari ustadz Abdullah Said Rahimahullah kepada para wartawan Islam saat itu, "Kalau anda punya satu peluru maka hanya bisa membunuh satu kepala, tapi anda punya satu pena maka bisa membunuh seribu lebih kepala." Sebuah motivasi yang menggugah dan membuat gairah kepada wartawan dan penulis untuk menghasilkan karya-karya tulisan yang berkualitas dari pena.
Peradaban manusia ini terlacak dan terdumentasikan dengan tulisan sebagai bukti adanya kehidupan. Peradaban apapun di dunia ini selalu ditandai dengan adanya konsep dan aturan tertulis. Ahli sejarah membuat standar perbedaan yang paling jelas dari zaman sejarah dan pra sejarah adalah adanya tulisan.
Sehingga sangat wajar ketika al-Qur'an bicara tentang pena dan bersumpah dengan pena di surat al-Qolam. Ini sebagai bukti keseriusan Allah dalam masalah pena, tentu bukan pena semata tapi karya-karya yang dihasilkan dari pena berupa tulisan-tulisan. Ketika Allah bersumpah dengan suatu benda maka mufasir sepakat bahwa benda itu pasti memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia.
Salah satu tradisi peradaban Islam adalah budaya tulis menulis. Kitab suci al-Qur'an dan kitab penjelasnya yaitu Hadist semua tertulis dengan rapih. Kemudian banyak karya -karya ulama klasik yang memperjelas kedua kitab tersebut dengan kitab yang ribuan judul dan jutaan halaman tulisan menjadi rujukan sampai saat ini.
Sunggu tidak terbayang, jika budaya menulis tidak ada dalam Islam dan generasi awal Muslim saat itu. Maka sungguh saat kesulitan generasi berikutnya untuk mendapatkan spirit dan otentitas ajaran Islam. Melalui karya-karya merekalah, sehingga umat Islam bisa tercerahkan dan mendapatkan penjelasan untuk bisa berislam dan beriman dengan baik dan benar.
Padahal jika menilik sejarah pena saat itu masih sangat sederhana dan manusia. baik dari sisi bahan, jenis dan sistem tehnologi penulisan. Bahan pena masih dari kayu dengan ujung besi kecil, tinta juga masih langkah bahannya, belum ada tehnologi pengganda tulisan. Abad pertengahan baru ditemukan alat pengganda tulisan, itupun masih sangat terbatas. Tapi hebatnya, ulama-ulama saat itu bisa menghasilkan banyak kitab dengan berjilid-jilid yang semuanya orisinil tanpa copy paste.
Dibandingkan perkembangan saat ini, alat tulis tidak ada lagi yang manual memakai tangan, mesin ketik saja sudah ditinggalkan, komputer sudah mengalami desaign yang semakin memanjakan orang modern untuk mudah menulis dan menikmati karya tulis. Tapi hasil karya orang sekarang belum bisa menyamai kualitas dan kuantitasnya karya-karya ulama tempo dulu.
Karya-karya pena merekalah yang "membunuh" arti positifnya adalah mempengaruhi, memahamkan dan akhirnya banyak orang mengikuti pesan-pesan tulisan tersebut. Tidak hanya satu orang tapi ribuan orang membaca dan mengikuti, apalagi jika karya itu best internasional yang mendunia maka jutaan manusia bisa menangkap pesan tersebut.
Bagi dunia jurnalistik, pena adalah sebuah idealisme yang harus memihak. Tidak ada satu wartawan atau media cetak yang netral dan obyektif dalam penulisannya. Perbedaan keperpihakan pemilik pena adalah pada idealisme yang mereka miliki. Ada yang digerakan oleh uang atau kepentingan politik tertentu atau kebenaran agama yang mereka bawa.
Sekarang inilah terjadi perang pemikiran melalui pena. Pena yang tajam maka menghasilkan karya tulis yang menghujam hati dan pikiran di kepala banyak orang sehingga mereka bisa bertekuk lutut untuk mengikuti pesan dari pena tersebut. Tidak sedikit orang berubah arah hidupnya menjadi lebih baik atau lebih jelek karena terpengaruh oleh pena-pena.
Oleh sebab itu mari kita asah terus pena untuk bisa menghadapi tantangan zaman yang semakin sulit dan berat. "Siapa pemegang pena maka mereka sebenarnya penguasa dunia" kata orang-orang barat, maka sangat wajar mereka berusaha untuk mempertajam pena-nya dengan berbagai tehnologi informasi untuk mengendalikan dunia dengan pena. Kekuatan satu pena sama dengan seribu peluru bahkan mungkin bisa lebih. Wallahu a'lam bish shawwab.




Baca juga yang ini :

- HIDUP MENUNGGU SIKSA
- HIDUP BAIK KARENA ADA NASEHAT
- HIDUP DI DUNIA HANYA SATU KALI
- HIDUP DI DUNIA ITU INSTAN
- DILEMA HIDUP MODERN


Komentar
contoh surat lamaran kerja
07 Desember 2012 - 19:52:28 WIB

makasih infonya


contoh surat lamaran kerja
17 Oktober 2012 - 00:09:16 WIB

sangat inspiratif artikelnya.


Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]