MENDIDIK ADALAH PANGGILAN JIWA

Saat pulang kampung, penulis sering ditanya oleh teman atau tetangga, "Di mana kerjanya dan apa pekerjaannya?" Sebenarnya pertanyaan itu wajar dilontarkan kepada orang yang bepergiaan jauh dalam waktu lama, termasuk kepada penulis. Asumsi masyarakat pada umumnya orang merantau adalah bekerja.

Penulis sampai saat ini tidak bisa menjawab dengan pas dan memuaskan. Selama ini hampir dua puluh tahun meninggalkan kampung halaman, penulis berada di lingkungan pesantren untuk belajar dan mengajar. Kalau dikatakan bekerja dengan pengertian mencari uang dan mendapatkan penghasilan, maka tidak masuk kreteria. Namun jika dikatakan ada yang dikerja secara rutin, terprogram dan ada imbalan maka memang ada pekerjaan.

Secara umum, kehidupan di pesantren adalah tempat orang menuntut ilmu atau belajar agama. Pesantren adalah bagian dari dunia pendidikan, meskipun dianggap sebagaian menganggap sebagai kelas dua atau sisa-sisa. Indikasinya adalah bangunan-bangunan yang kumuh, performent santri-santri dengan sarungnya dianggap mahluk langka.

Tidak banyak masyarakat yang ingin menyekolahkan putra-putrinya di pesantren, kecuali terpaksa karena kenakalannya sudah tidak mampu mereka tangani dan tidak diterima di sekolah-sekolah lain. Demikian juga masalah pendidik, tidak banyak juga orang yang mau berkomitmen untuk mengabdikan ilmunya di pesantren. Salah satu sebabnya, mungkin adalah tidak menjanjikan materi sebagaimana kalau menjadi karyawan, pegawai dan lain sebagainya dengan berbagai tunjangan, insentif dan jaminan.

Ada salah satu nasehat yang penulis dapatkan dari ustad senior dan penulis abadikan dalam tulisan ini. Bahwa untuk mengurus anak manusia agar bisa mengenal agama dan mengamalkannya dengan baik itu memerlukan panggilan jiwa atau keimanan.

"Ini adalah pekerjaan para nabi dan rasul yang berat dan penuh dengan tantangan. Ini bukan pekerjaan yang tidak menjanjikan materi, ini bukan pekerjaan industri di perusahaan dengan penghasilan jutaan rupiah per-bulan".

Iya, panggilan iman. Iman itu memang aktif dan memanggil-manggil pemiliknya untuk berbuat dan beramal untuk kebajikan dan kebaikan. Sehingga bagi orang-orang yang tidak terpanggil imannya maka ada dua kemungkinan yaitu imannya yang lemah sehingga tidak bisa memanggil atau tidak mau dengar panggilan imannya.

Mengurus anak manusia bukan pekerjaan mudah. Banyak makan hati dan perasaan, tidak cukup sekali dua kali diberitahu atau diberi peringatan sudah bisa melaksanakan sebuah kebaikan. Belum lagi protes dan kemalasannya jika perintah tersebut tidak sesuai dengan keinginan atau seleranya. Ketika melanggar juga selalu muncul argumen logika untuk pembenaran pelanggarannya.

Mengurus manusia berbeda dengan mengurus tanaman, hewan atau benada-benda mati yang tidak bergerak. Padahal mengurus itu semua juga membutuhkan ilmu, kesabaran, ketelitian dan ketekunan. Tanaman, hewan dan benda-benda tidak melakukan protes secara frontal dan akan taat-taat saja terhadap apa saja yang kita lakukan. Bentuk protesnya, biasanya akan layu atau mengamuk.

Tapi anak manusia, mereka memiliki rasa, pikiran, keinginan, inters dan perlawanan. Inilah sisi yang sulit dan memerlukan seni dalam mendidik anak manusia. Sehingga Rasulullah saja harus bersabda bahwa misi beliau diutus adalah untuk memperbaiki akhlaq atau karakter manusia jahiliyah yang suka menentang kebenaran dan egois.

Mendidik berbeda dengan mengajar. Mengajar hanya bersifat klasikaf formal yang tugasnya hanya menyampaikan dan tidak mau tahu apakah yang disampaikan itu dipahami atau dilaksanakan. Ini relatif lebih mudah dan mirip-mirip dengan pengajian umum, yang penting pendengar bisa puas, tertawa atau menangis.

Mendidik memiliki tanggung jawab untuk bagaimana ilmu yang disampaikan bisa die=wujudkan dalam bentuk amal dalam kehidupan sehari-hari. Ada kontrol terhadap perubahan prilaku di luar kelas. Ada karakter yang hendak dibentuk. Ini beratnya mendidik yang membutuhkan kekuatan iman kuat di dalam motivasinya. wallahu a'lam bish shawwab

 




Baca juga yang ini :

- REDEFINISI ORANG GILA
- SAMPAH MASALAH DUNIA
- JALAN MENUJU SURGA ITU MENDAKI
- ETIKA HUKUM DI JALAN RAYA
- KETAATN JALAN KEBAIKAN


Komentar
pantun cinta
08 Desember 2012 - 22:54:39 WIB

indah sekali isinya, sangat dalam dan penuh renungan.


Beri Komentar
Nama :
Website :
    Ex: www.stishidayatullah.ac.id (tanpa http://)
Komentar :
   
    (Masukan 6 digit kode diatas)
   
Cari





Copyright © 2010 by STIS Hidayatullah Balikpapan. Desain by Imran Kali Jaka All Rights Reserved.
e-mail : [email protected] | [email protected]