ANALOGI JENIS ULAMA
Ulama adalah orang yang dianggap tokoh agama dengan keilmuan dan tingkat spritualitasnya. Merekalah yang diyakini mewarisi dan pewaris para nabi. Sehingga kedudukannya di tengah masyarakat sangat disegani dan menjadi tempat bertanya untuk banyak hal terutama terkait dengan masalah agama.
Ulama adalah gelar non-formal yang agung. Artinya gelar ulama bukan diukur dari pendidikan tertentu, meskipun ada orang yang jebolan dari pendidikan kader ulama tapi kalau masyarakat tidak mengakui maka dia bukan ulama.
Namun gelar ulama untuk saat ini karena sifatnya non-formal sehingga mudah diobral. Tidak ada standarisasi yang jelas dan akurat untuk memberi gelar seseorang itu pantas disebut ulama atau tidak. Sehingga ada yang merekayasa gelar ulama untuk dirinya padahal kualitas belum pantas disebut ulama.
Kalau di daerah tertentu masih sangat ketat, yaitu lulusan pesantren, orang yang memiliki pesantren meskipun santrinya hanya beberapa gelintir orang, bisa membaca kitab gundul, bisa diundang untuk ceramah dan membaca doa kemudian prilakunya juga mencerminkan orang yang paham agama. Jika salah satu tidak terpenuhi agak sulit untuk dikatakan ulama.
Ulama memiliki kedudukan yang strategis dalam perannya untuk kontrol sosial. Mereka sangat disegani oleh pemerintah dan masyarakat, terkadang di daerah tertentu masyarakat lebih taat dan percaya kepada ulama daripada pejabat. Sehingga ada yang meng-analogikan ulama seperti harimau, tapi harimau hari ini bermacam-macam type-nya sebagaimana ulama juga bermacam-macam.
Berikut ini ada beberapa tipe ulama.
Pertama harimau hutan: Harimau kalau masih di hutan maka menakutkan, gelar sebagai raja hutan masih melekat di lehernya. Sehingga sedikit mahluk yang berani mendekat karena jika salah-salah bisa diterkam hidup-hidup. Sebenarnya mereka tidak akan menerkam jika manusia tidak mengganggu duluan.
Ada ulama seperti harimau hutan. Mereka masih konsentrasi di pesantren untuk mengurus santri-santri. Tidak larut dalam hiruk-pikuk politik dan bisnis, sehingga keberadaannya yang jauh dari inters duniawi, menjaga dirinya untuk istiqomah sehingga sangat disegani. Banyak pejabat dan masyarakat datang untuk sekedar silaturahim atau minta solusi dan pendapat terhadap permasalahannya.
Kedua harimau kebun binatang : Mereka tetap harimau tapi tempat tinggalnya sudah di kota. Mereka tetap punya taring yang tajam dan suara yang mengaung keras, badannya mungkin lebih gagah karena makanan terjamin tapi terpenjara oleh jeruj-jeruji kebun binatang. Segalak apapun dia, sekeras apapun suaranya juga tidak akan menakutkan manusia karena tidak mungkin bisa menerkamnya.
Ulama jenis ini adalah ulama yang sudah terjebak dalam irama politik. Mereka sudah masuk dalam ranah abu-abu di pemerintahan. Fatwanya sulit dipercaya kebenarnannya, nasehatnya juga menjadi hambar untuk dirasakan. Mereka tidak bebas lagi bersuara dan berfatwa. Mungkin secara fisik dan simbol, masih bersurban, bertasbih, berjubah dan mungkin lebih hebat simbol-simbol keulamaan yang mereka sandang tapi tidak bisa menutupi kepudaran aura ulamanya.
Ketiga adalah harimau sirkus. Ini adalah harimau yang jinak dan bisa menjadi hiburan anak-anak ketika musim liburan. Mereka tidak lagi menakutkan tapi bisa menghibur dan mendatangkan uang bagi pemilik dan pelatihnya. Mereka sudah terlatih dan taat melakukan apa saja yang diperintahkan oleh pawang-nya.
Ulama jenis ini adalah ulama setengah pelawak. Artinya mereka sudah sangat sulit dibedakan antara kebenaran fatwanya. Tausyiahnya sangat memikat dan membuat semua puas terhibur dengan lelucon dan job-job humornya dengan sedikit dibumbuhi hal-hal yang bersifat pornografi. Terkadang kelihatan serius tapi yang disampaikan adalah pesanan pejabat setempat yang telah memeliharanya.
Keempat harimau jadi-jadian. Artinya dia bukan harimau sebenarnya, hanya seekor kucing besar yang mirip dengan harimau. Ada instanisasi untuk menjadikan dia menjadi harimau.
Demikian juga ulama instan yang dipoles dan diproses secara mendadak dan singkat. Ini yang berbahaya bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat. Wallahu a'lam bish shawwab.
Baca juga yang ini :
- BELAJAR DARI MENANAM SAWIT
- BELAJAR DARI PEMULUNG YANG ULUNG
- TIDAK MENJADI SUAMI 12 P
- SEPI-NYA IKLAN SURGA
- FILOSOFI SANTRI